Thursday, March 7, 2013

Jadilah Garam Jangan di Tengah Lautan

0 comments

Matahari pagi yang hangat menyambangi kulit berlapiskan jaket, suara berisik, asap knalpot, orang lalu lalang menghiasi perempatan grogol setiap pagi. panas matahari yang sudah lumayan menyengat ditambah panasnya asap knalpot kopaja dan metro mini menambah kehangatan pagi menjadi kepanasan.

07.00 AM
pagi yang biasa, some weekdays yang biasa, rutinitas yang biasa, mandi dengan air dingin yang biasa, pake jaket yang biasa, tapi dengan hati yang luar biasa untuk menghadapi hari yang mungkin akan menjadi luar biasa ini. ipod yang biasa pun di nyalakan untuk menemani perjalanan pagi hari ini menuju kantor yang nan jauh di sana.

dalam perjalanan yang biasa, tiba-tiba terdengar lagu asing yang tidak biasa. "Ohh... lagu random yang kebetulan tershuffle pagi ini setelah menunggu giliran selama berbulan-bulan untuk diputar akhirnya hari ini gilirannya datang juga". lagu yang aneh, lirik yang aneh, semuanya aneh, tapi yang jelas liriknya punya makna yang jauh lebih dalam dari semua keanehannya.


"Jadilah garam jangan di tengah lautan"
"Jadilah harapan jangan hanya berharap"

aneh, jarang sekali gw akan berpikir panjang untuk lagu yang aneh, biasanya tombol next akan menjadi pilihan utama untuk lagu-lagu baru seperti ini. tapi pagi itu gw denger sampe abis sampe gw terus berpikir suatu hal tentang pelayanan gw selama ini. 

pelayanan gw yang selama ini hanya terlingkup di dalam gereja, komsel dan hanya di dalam lingkup kecil untuk orang-orang di dalamnya. otak gw yang kecil ini terus berpikir besar, kalau gw mau jadi garam di antara orang-orang ini bukankah mereka sudah asin? tapi gw nyaman pelayanan sama mereka, mereka asik, mereka gokil, mereka beriman dan gw akan bertumbuh imannya di sana, trus mereka bla bla bla....

setelah si otak mulai berhenti berpikir tentang pelayanan, terlintas di otak gw "This is my comfort zone" . gw terlalu nyaman dan tidak ingin pergi dari kasur yang empuk ini. apakah hanya dengan tidur di kasur yang empuk, gw akan lebih menjadi berkat hanya untuk diri gw sendiri? ataukah gw harus meninggalkan kasur dan menjadi berkat untuk hal lain di sekitar kasur gw? hal-hal lain yang tidak nyaman dan tidak mengenakkan.

Sebenarnya apa sih tujuan gw pelayanan? apakah motivasi pelayanan gw sudah benar?  apakah gw selama ini hanya jadi garam di tengah laut?