Wednesday, December 18, 2013

Mom and The New Sneakers

1 comments
My busy mom. the words dont look right standing on this page, they dont feel like belong to me. its should be written by someone who got a busy mom. yes, a busy mom.

i have a busy mom, she should attend a meeting around the country all year long. we meet rarely when i was in town till i moved 3 years ago. she usually got stuck with her job till the end of the year. even in the new year eve, she stucked in head office till morning. 

 so i probably thinking i should kept away from her, and the kind where from the beginning you know what the end of the story will be, you just don’t know how many pages the book will be ended. she is a busy women with many badass schedule and there is no time for family. i always think that her head is full of plans, a plans for her company but there is nothing about us at all.

no, i was wrong. a few days ago she came back from annually meeting in jogja and will stay in jakarta till next week. long trip around the country isnt it? we met each other, nothing change on her when i picked her up at the airport. 

i knew that i was wrong since i write down the first word on this page. she always keep an eyes on me, never get lost even in a moment. she asked hundred of question. she cares. alot.

this morning she bought me a new sneakers. when she staring at my old disgusting converse, she know that i need a new sneakers. she bought me one, the green one. i love it. 

she said "how could you ask a girl out with that shoes? this will help."

then she gave me this. a pair of cute green sneakers.


yey..!! 

it means much to me, its just to detail to pay attention for,  shoes? who will pay attention for your old shoes? mom did. 





Thanks ma
for the sneakers

Saturday, December 14, 2013

Lady in Suite

0 comments

Seorang wanita paruh baya, mungkin setengah abad umurnya. menengok ke kanan dan kiri untuk mencari tempat duduk yang paling nyaman di tengah keramaian food court pada jam makan siang. flat shoes hitam yang terlihat lusuh menemaninya berjalan untuk mencari tempat duduk. rambut hitam tipisnya yang sedikit berantakan berayunan bagaikan daun-daun yang tertiup angin seiring dengan langkah kakinya.

akhirnya ia menemukan tempat duduk membelakangi jendela besar panas yang terkena paparan sinar matahari bulan desember. ia mulai bersiap menyantap makan siangnya yaitu sepiring nasi dan semangkuk kuah penuh akan sayuran dan sedikit daging. ia duduk tepat di seberang 2 orang mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi yang tidak kunjung selesai dan penuh akan revisi yang mulai sedikit depresi.

wanita itu tampak kelaparan, ia makan dengan penuh konsentrasi. mulutnya terus mengunyah makanan dengan nasi yang menempel diujung bibirnya. ia tampak sangat berantakan dan kelaparan. nasi pun jatuh ke celana panjang hitamnya tanpa ia sadari ketika ia sedang menguyah makanan-makanannya. tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya, ia hanya sendiri tanpa siapa-siapa yang menemaninya.

ia terus menyendok kuah dan menyeruput kuah dengan bibir yang sedikit bergetar memberi kesan sudah berapa besar tenaga yang dikeluarkannya hanya untuk menyeruput kuah yang hanya sesendok itu. umur memang tidak gampang untuk dibohongi. ia menyendok lagi ke dalam mangkoknya mencari sisa sayur di dalam kuah. matanya penuh akan kecemasan setelah itu, ia terus melihat telpon genggamnya dengan mata yang menyipit dan kening yang mengkerut.

siapa gerangan wanita ini? mengapa ia makan sendiri? untuk apa ia ke mall jika hanya untuk makan siang?  setelah ini ia akan kemana? adakah orang yang ditunggunya? mengapa ia berpakaian rapi? apakah ia mempunyai anak atau cucu atau suami? apakah ada yang menyambutnya di rumah jika ia pulang? 

berbagai pertanyaan terus muncul di kepala ketika memperhatikan ia makan. rasa iba melihat seorang wanita yang sudah cukup berumur makan dalam diam tanpa ada yang menemaninya. makan tanpa senyum, tanpa ekspresi, bagai seorang tanpa perasaaan yang sedang kelaparan. masih banyak orang tua di luar sana yang bernasib sama, menghabiskan sebagian besar waktunya seorang diri tanpa ada yang memperdulikan, tanpa keluarga. 

tak dapat kubayangkan jika saja orang tuaku seperti mereka. ditinggal dan dilupakan oleh anak-anaknya sendiri karna kesibukan dan ketidak pedulian. sesibuk apapun kita, tidak adakah waktu untuk orang tua mu? bahkan hanya sekedar makan malam atau makan siang? setidaknya mereka bisa mengunyah makan dengan senyuman di temani oleh orang yang disayanginya.

dalam masa advent, masa pertobatan ini, mari kita jadikan sebagai momen untuk keluarga, berkumpul dalam menyambut natal. gunakanlah masa ini juga untuk memperkuat pondasi keluarga kita masing-masing agar dapat menjadi berkat untuk semua.




Tuesday, December 3, 2013

Kisah seorang penjual baju illegal di China

0 comments



suatu kisah dari seorang teman yang berlibur ke china beberapa waktu yang lalu.

suatu siang di daerah guangzhou ketika saya sedang berjalan kaki menikmati suasana kota yang ramai, saya melihat beberapa ibu-ibu tua sedang berjongkok di tepi jalan raya di pusat keramaian menggelar barang dagangannya, dengan teriakan-teriakan yang kurang saya mengerti mereka memanggil-manggil orang yang lewat terutama para turis asing. mereka menjual t-shirt putih bertuliskan berbagai tulisan di tengah siang yang sangat terik di musim panas yang mencapai 38 derajat celcius tanpa tenda bahkan payung pun tidak ada ada.


ketika saya berjalan melewati mereka, mereka memanggil saya dengan nada sedikit tinggi khas masyarakat lokal. namun saya menolak bahkan lihat pun saya enggan karena saya berpikir cara mereka memanggil sedikit kasar dan bicara mereka yang sangat cepat terkesan tidak ramah sama sekali. beberapa kali terlihat mereka berdiri untuk melihat ke segala arah dengan cepat, kemudian jongkok lagi untuk berteriak-teriak.


setelah berlalu dari ibu-ibu tersebut, tidak lama kemudian terdengar suara ribut dari arah belakang saya. ketika saya menoleh, ada beberapa petugas polisi sedang berlari dari jauh menuju arah kami. kemudian mulai terlihat para pedagang baju yang baru saja kami lewati dengan gerakan sangat cepat mengambil baju-baju dagangan mereka dan naik ke sepeda kemudian dengan sekuat tenaga mereka mengayuh sepeda menghindari polisi yang mengejar. namun yang sangat menyayat hati adalah ketika melihat barang-barang mereka berjatuhan ke jalan beserta segala barang dagangannya karena terburu-buru. namun mereka tetap kabur sambil mengayuh sepeda cepat-cepat dan menghilang dari pandangan saya. 


sejenak saya terdiam mengingat lagi raut wajah ibu yang menawarkan bajunya ke saya, raut wajah letih, kepanasan, dan penuh akan kekhawatiran. akhirnya saya mengerti mengapa mereka berteriak begitu keras, berbicara begitu cepat, bertindak begitu kasar. karena mereka harus melakukan hal itu untuk terus berjaga-jaga setiap saat tanpa terkecuali, kapan pun polisi datang mereka harus selalu siap untuk membereskan segala barang-barang mereka dan kabur.


ingin sekali saya mengejar sepeda mereka dan memberikan uang kepada mereka sejumlah semua baju dagangan mereka yang terjatuh. saya mulai berpikir sekali lagi, mengapa saya tidak membeli baju mereka tadi ?  setidaknya saya dapat membantu mereka mengambil untung hari ini. andai saja saya mengetahui hal tadi akan terjadi, saya tidak akan peduli betapa kasarnya mereka untuk membeli pakaian mereka.



Teman, begitu gampangnya kita menghakimi seseorang tanpa pernah sekalipun berpikir apa yang telah mereka alami selama ini.


Monday, December 2, 2013

Giving

0 comments

Jadi, sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan.  Dengan cara apa?  Dengan cara menyembah Dia dengan segenap hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh komitmen.  Banyak orang yang datang ke gereja hanya sebagai rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau memainkan handphone.  Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?

Tuhan sudah memberikan yang terbaik kepada kita. Bagaimana pemberian kita kepada Tuhan? Seperti yang dikatakan sebelumnya, pemberian kita kepada Tuhan dan sesama bukan hanya soal materi, tetapi juga berupa waktu, pikiran, tenaga, talenta, nasihat, doa, perhatian dan sebagainya. Jadi apapun yang kita lakukan adalah persembahan untuk Tuhan. bahkan setiap langkah dalam perjalanan kita, persembahkanlah untuk kemuliaan Tuhan.

Dalam kolose 3:23 dikatakan “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.Pemberian kita kepada sesama juga perlu kita evaluasi. Orang yang memberi untuk mendapat sesuatu yang lebih besar bukanlah memberi. Itu adalah menyogok. Orang yang memberi untuk mendapat balasan itu bukanlah memberi, tetapi barter. Orang yang memberi tanpa pamrih, itu baru namanya memberi.