Friday, February 28, 2014

Dunia tahu kita beda

1 comments

Di mana ada cinta besar, di situ selalu ada keajaiban.
-Willa Cather-

Dunia bilang kita beda,
Mereka bilang kita beda,
Timbangan bilang kita beda,
Sendok garpu pun bilang kita beda, 
Tapi aku tak pernah percaya dengan mereka,
Yang aku tau kita sama.


Thursday, February 27, 2014

Lift, trotoar, dan kantin

0 comments


"Bertemu denganmu adalah takdir, menjadi temanmu adalah pilihan, tetapi jatuh cinta padamu, aku tidak punya kendali" 
-Anonim-


Jika kita beruntung, sekali dalam hidup seseorang akan datang menghampiri dalam hidup kita. seseorang yang membuat kita sadar segalanya terjadi karena sebab tertentu yang tidak akan pernah kita pahami. hal-hal di luar kendali berhembus bagai keajaiban ke dalam hidup dengan cara-cara yang tampak mustahil.

Waktu gw SMP di sebuah sekolah yang tidak perlu disebutkan namanya, menurut gw itu salah satu tempat yang membentuk kepribadian gw saat ini. awalnya gw berpikir itu adalah sebuah kesalahan yang fatal telah masuk ke sana. ketika setiap hari pemalakan adalah hal yang biasa, perkelahian yang terjadi hampir setiap minggu di sekolah, sampai dengan para perempuan SMP yang sangat brutal.

Gw bahkan ga pernah mau berteman dengan perempuan-perempuan di sekolah. layaknya seorang homo yang tiap hari hanya berkumpul dengan sekelompok anak laki-laki cupu korban pemalakan. lalu gw mulai berpikir, gw akan mencari pacar dengan berbagai macam kriteria (waktu itu belom pernah pacaran) yang jelas ga berantem dan no bad words. karena trauma dengan kelakuan para perempuan anak SMP di sana. kriteria nya banyak banget sampe-sampe gw jomblo hingga SMA.

Akhirnya gw sadari, kriteria-kriteria bodoh itu harus gw hapuskan dalam hidup gw. mungkin terlalu idealis, mungkin terlalu pemilih, akhirnya gw menyerah dengan hal yang sudah gw tetapkan. gw percaya cewek kayak yang gw tetapin memang cuma ada di film dan dongeng.

Setelah itu gw mulai mencoba memulai hubungan dengan cewek yang sangat bertolak belakang dengan yang gw impikan. gw mulai menerima kenyataan-kenyataan tentang dunia yang tidak sempurna ini. dan semuanya berakhir dengan tidak begitu baik. kegagalan yang menyakitkan, melelahkan, menyedihkan dan penuh drama.

Gw mencoba membangun hidup gw lagi dan pergi meninggalkan masa lalu yang udah gw jalani bertaon-taon. sampai pada suatu hari gw bertemu dengan seseorang yang gw takutin selama ini. bukan karna dia menyeramkan, tapi karna teman-teman brutal gw yang mulutnya ga ada saringan yang selalu ngeledek gw. mungkin karna keseringan diledekin sampai-sampai dia ilfeel sama gw atau bahkan jijik sama gw atau mungkin dia benci banget sama gw. #semogangga

Setiap gw liat dia di kampus gw selalu cari jalan lain atau muter untuk sampai ke tempat tujuan. kalau ketemu dia di lift gw langsung naek tangga, kalau ketemu dia di luar kelas gw masuk lagi ke kelas, kalo ketemu dia di trotoar gw pindah ke jalan raya, kalo ketemu dia di kantin gw langsung kenyang, kalo ketemu dia diparkiran gw balik naek angkot, kalo papasan sama dia gw pura-pura jadi gendut. #abaikangw

Sejak pertama kali kita bertemu, kita telah menjalankan cerita masing-masing dengan skenario yang berbeda. Namun setelah cerita kita sama-sama berakhir dengan tidak menyenangkan dan ntah apa yang mempertemukan kita. mall yang baru buka? kalbe? 3 in 1? teman? cara-cara yang tampak mustahil.

Dan pada saat itu juga gw percaya Tuhan ga sejahat itu sama gw. memo penuh dengan check list berisi kriteria yang tercentang habis, orang yang disiapkan Tuhan untuk saat ini. gw ga pernah berpikir memo itu akan terisi oleh seseorang yang ada di dalam lift, trotoar dan kantin.













Saturday, February 1, 2014

Down on my knees

0 comments

gemuruh petir yang saut menyaut mulai terdengar dari balik pintu, botol air mineral di atas meja tampak bergetar dari kejauhan. lampu remang-remang menemani di malam ini. playlist lagi-lagi memutarkan lagu yang sama tiap malam, brian mcknight selalu jadi pilihan utama di malam hari. suara petir lagi-lagi mengisi malam yang sunyi bagaikan suara permukaan barang yang diseret saling bergesekan.

suasana hati, ya lagi lagi suasana hati. tiap hari mengeluh tentang hidup gw. lagi-lagi tentang ekspektasi, lagi-lagi tentang harapan. mungkin gw akan mulai menulis novel berjudul "When the reality killed your expectation". sebenarnya siapa yang salah? gw yang salah dengan ekspektasi gw yang terlalu tinggi? atau memang keadaannya yang salah? atau ekspektasi itu lebih pantas disebut harapan? salah punya harapan tinggi? 

tiba-tiba keinget theme songnya rekoleksi 2011. yang liriknya "you feel alone, far from your home, nobody want you nobody cares". mungkin lirik ini sangat menggelitik hati gw. entah kenapa gw ngerasa lagu ini bisa mendeskripsikan semuanya, tapi ketika gw memberanikan diri untuk menulis hal tersebut gw ngerasa malu. gw tau gw ga pantes untuk ngomong kayak gitu.

entah kenapa gw selalu berpikir hidup gw sangat tentative. kadang di sini, kadang di situ. seperti benalu yang selalu hinggap berpindah-pindah hanya untuk bertahan hidup. gw habisin 3 hari terakhir dengan berkumpul dengan 3 kelompok berbeda. 

Tuhan maafkan aku yang masih sering ngeluh atas hidupku ini padahal banyak orang yang menginginkan hidup seperti ini, aku yang selalu merasa tidak dicintai padahal Engkau sangat mencintai aku, aku yang merasa tidak punya siapa-siapa padahal Engkau selalu memberikan orang-orang untuk menemaniku setiap hari, aku yang masih sulit untuk bersyukur, aku yang selalu membandingnya hidupku dengan orang lain, maafkan lah aku ya Tuhan.