Saturday, December 14, 2013

Lady in Suite


Seorang wanita paruh baya, mungkin setengah abad umurnya. menengok ke kanan dan kiri untuk mencari tempat duduk yang paling nyaman di tengah keramaian food court pada jam makan siang. flat shoes hitam yang terlihat lusuh menemaninya berjalan untuk mencari tempat duduk. rambut hitam tipisnya yang sedikit berantakan berayunan bagaikan daun-daun yang tertiup angin seiring dengan langkah kakinya.

akhirnya ia menemukan tempat duduk membelakangi jendela besar panas yang terkena paparan sinar matahari bulan desember. ia mulai bersiap menyantap makan siangnya yaitu sepiring nasi dan semangkuk kuah penuh akan sayuran dan sedikit daging. ia duduk tepat di seberang 2 orang mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi yang tidak kunjung selesai dan penuh akan revisi yang mulai sedikit depresi.

wanita itu tampak kelaparan, ia makan dengan penuh konsentrasi. mulutnya terus mengunyah makanan dengan nasi yang menempel diujung bibirnya. ia tampak sangat berantakan dan kelaparan. nasi pun jatuh ke celana panjang hitamnya tanpa ia sadari ketika ia sedang menguyah makanan-makanannya. tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya, ia hanya sendiri tanpa siapa-siapa yang menemaninya.

ia terus menyendok kuah dan menyeruput kuah dengan bibir yang sedikit bergetar memberi kesan sudah berapa besar tenaga yang dikeluarkannya hanya untuk menyeruput kuah yang hanya sesendok itu. umur memang tidak gampang untuk dibohongi. ia menyendok lagi ke dalam mangkoknya mencari sisa sayur di dalam kuah. matanya penuh akan kecemasan setelah itu, ia terus melihat telpon genggamnya dengan mata yang menyipit dan kening yang mengkerut.

siapa gerangan wanita ini? mengapa ia makan sendiri? untuk apa ia ke mall jika hanya untuk makan siang?  setelah ini ia akan kemana? adakah orang yang ditunggunya? mengapa ia berpakaian rapi? apakah ia mempunyai anak atau cucu atau suami? apakah ada yang menyambutnya di rumah jika ia pulang? 

berbagai pertanyaan terus muncul di kepala ketika memperhatikan ia makan. rasa iba melihat seorang wanita yang sudah cukup berumur makan dalam diam tanpa ada yang menemaninya. makan tanpa senyum, tanpa ekspresi, bagai seorang tanpa perasaaan yang sedang kelaparan. masih banyak orang tua di luar sana yang bernasib sama, menghabiskan sebagian besar waktunya seorang diri tanpa ada yang memperdulikan, tanpa keluarga. 

tak dapat kubayangkan jika saja orang tuaku seperti mereka. ditinggal dan dilupakan oleh anak-anaknya sendiri karna kesibukan dan ketidak pedulian. sesibuk apapun kita, tidak adakah waktu untuk orang tua mu? bahkan hanya sekedar makan malam atau makan siang? setidaknya mereka bisa mengunyah makan dengan senyuman di temani oleh orang yang disayanginya.

dalam masa advent, masa pertobatan ini, mari kita jadikan sebagai momen untuk keluarga, berkumpul dalam menyambut natal. gunakanlah masa ini juga untuk memperkuat pondasi keluarga kita masing-masing agar dapat menjadi berkat untuk semua.




0 comments:

Post a Comment