Friday, April 22, 2016

Review Butterfly Timo Boll ALC Blade


Hari ini gw akan mereview tentang blade yang baru gw beli beberapa hari yang lalu. Karena minggu lalu nyobain ALC nya Kenta Matsudaira ternyata dahsyat tarikan spinnya dan kenceng, gw memutuskan mencari blade ALC dengan gagang yang lebih lebar, dan setelah baca-baca review muncul lah kandidat nama Timo Boll ALC dan Viscaria. Namun gw sudah terlanjur jatuh hati dengan TB ALC, mostly mungkin karena lebih tampilannya yang jauh lebih futuristik dibandingkan dengan blade fosil Viscaria.



Spec : Price = 1.350K
Characteristics = OFF-/+
Weight = 90g
Plies = 7 (2 plies of Arylate Carbon, 2 plies of Koto,
     2 plies of Limba, Center ply is Kiri)
Hardness = Medium Hard
Stiffness = Average 
Speed = 9
Control = 8.4

Blade ini memiliki karakteristik OFF dapat dikatakan sebagai OFF- sampai dengan OFF+ tergantung rubber yang digunakan. Tapi bagi gw ini rubber OFF+ berhubung gw belum pernah pake ZLC, jadi ALC ini masih menjadi blade paling kenceng yang pernah gw pake. Dengan berat 90g serta 7 plies kayu, sangat jelas blade ini adalah blade yang keras dan lebih bertenaga dibanding blade dengan berat 80g. Namun dengan adanya lapisan ALC atau Arylate Carbon dimana meski blade ini memiliki 7 plies tapi dapat mempertahankan softness yang diperlukan untuk spin sehingga blade ini sangat cocok untuk spin.

Ketika digunakan untuk melakukan spin pada bola kosong hasilnya sangat baik, bola berputar dengan kencang dan juga memiliki speed yang cukup baik. Namun ketika berhadapan dengan Rubber Pips atau antispin, bola malah selalu menabrak net. Pada saat drive pun cukup baik namun diperlukan kontrol yang cukup baik karena pantulan pada blade ini sangat kencang dan memiliki throw angle yang cukup tinggi sehingga membuat bola akan sering keluar meja jika belum terbiasa.



Bisa dilihat lapisan ALC yang berwarna agak kebiru-biruan diantara kayu koto, limba, dan kiri. TB ALC ini tidak menggunakan kayu Hinoki seperti yang banyak digunakan di blade blade kelas menengah ke atas milik Butterfly. Dengan adanya Arylate Carbon pada blade ini, membuat blade ini menjadi lebih soft, namun dikarenakan blade soft sehingga blade ini tidak cocok untuk Drive dan Block. 



Logo original dari butterfly sedikit berubah dengan hanya bulatan di bagian back hand dengan tulisan Butterflu berkilauan, dan dibagian bawah handle blade terdapat logo butterfly dengan tulisan JTTAA. Tidak seperti blade lama gw, blade kali ini memiliki handling yang solid berbeda dengan blade jenis senso yang memiliki bolong di tengah handle. Dengan tidak adanya bolongan pada handle ini membuat blade ini terasa jauh lebih solid dan memiliki power yang lebih baik dibandingkan dengan Waldner Senso Carbon, dengan tenaga yang seadanya dapat memberikan pukulan yang powerful.





Untuk handle gw memilik FL handle dimana bagian bawah blade akan lebih lebar dibanding dengan bagian necknya. Secara pribadi gw lebih menyukai jenis handle FL ini karena lebih pas di tangan, posisi jempol dan telujuk memiliki posisi yang baik di bagian neck blade serta genggaman yang dirasakan lebih baik dibandingkan dengan tipe ST.


Untuk urusan rubber, gw cuma memindahkan rubber yang ada pada Donic Waldner Senso Carbon yang lama ke TB ALC ini dengan bantuan lem Free Chalk dari Butterfly. Untuk blade ini, penggunaan BH dan FH gw bedain dibandingkan dengan pada waldner senso carbon, sekarang DHS Hurricane 3 Neo menjadi pilihan untuk FH karena lebih tacky dan dapat menghasilkan spin yang lebih maximal, dan Bryce FX diletakkan pada BH karena karakter dari blade ini sudah cukup fast sedangkan Bryce FX memiliki speed yang sama kencang nya, sehingga hal ini menyebabkan throw angle semakin tinggi dan selalu membuat bola keluar dari meja.

Oleh karena itu disarankan untuk tidak menggunakan rubber yang memiliki speed tinggi karena ALC memiliki speed yang juga kencang, lebih baik menggunakan rubber khusus spin. 

Overall Comment :
- ALC merupakan blade yang memiliki speed yang cukup tinggi sehingga diperlukan kontrol yang cukup baik agar dapat menutupi throw angle yang tinggi
- Dengan memasangkan DHS H3 Neo, membuat karakteristik khusus spin pada blade ini menjadi lebih efektif, dan jangan memasangkan rubber yang memiliki speed tinggi jika belum terbiasa
- Blade ini lumayan berat dibandingkan dengan carbon yang lain, namun karena lebih berat menyebabkan power untuk melakukan spin atau smash lebih terasa
- Tidak cocok untuk pemula karena diperlukan adaptasi dengan blade yang memiliki speed tinggi



8 comments:

Unknown said...

Bro dibanding WSC gmn? Saya punya Timoboll ALC + rozena + rakza 7 dan hasil nya kekencengan buat saya. Apa WSC speed ny lebih lambat drpd ini ya bro?

dharma said...

Hi David, pada dasarnya Donic WSC & Timoboll ALC memiliki 2 karakteristik yang sangat berbeda. Untuk gaya permainan yang lebih menyerang lebih baik menggunakan Timoboll ALC, karena WSC memiliki speed yang tidak begitu baik namun memiliki kontrol yang sangat baik. Rekomendasi saya untuk Timoboll ALC dapat dipasangkan dengan Rubber dengan tackiness yang tinggi, dengan memasangkannya dengan Raksa 7 speed yang dirasa terlalu kencang jika tidak terbiasa. Oleh karena itu saya merekomendaskan menggunakan DHS seperti H3Neo atau Yasaka Xtend yang tidak terlalu kencang.

Unknown said...

Lebih pilih TB ALC atau Kenta Matsudaira?

Someone said...

Bro, untuk pricenya berapa sekarang? saat ini masih bingung antara nittaku acoustic carbon atau Timo Boll ALC, tolong reviewnya

geaverth said...

Bro mohon info kalo TB T5000 yg cocok pake karet apa ?

Sergio said...

Untuk tembakan yang bertenaga gunakan karet dengan spon keras yang biasanya dijumpai di karet Cina, untuk spin lebih baik gunakan karet dengan spon pegas/bolong bolong kecil untuk mendapatkan putaran yang baik.
Saran saya jangan gunakan spon dibawah 1,9mm dan jangan gunakan spon diatas 2,2mm.

phitoz said...

Alc yang agak murah apa ya bro

Anonymous said...

Alc yinhe

Post a Comment