Tuesday, November 30, 2010

SKENARIO AWAL PENANGKAPAN TIBO CS (Part II)



Sesampainya di sana, suster mengakui tidak tahu menahu tentang berita yang menyatakan bahwa gereja mereka akan di serang. Sementara itu suster menolak tawaran untuk meninggalkan lokasi tersebut karena anak-anak masih menjalani EBTANAS waktu itu dan menyisakan 1 hari saja. Dan mereka setuju untuk meninggalkan gereja ketika EBTANAS selesai.

Keesokan harinya seorang saksi mata yang merupakan pegawai sekolah menyatakan melihat tibo dan orang-orang lainnya sedang beristirahat di asrama panti asuhan. Pada malam harinya mereka makan bersama di ruang makan panti asuhan. Pada malam harinya, mereka tidur di aula panti putri. Namun pada subuh sekitar jam 4 keributan terjadi di luar halaman gereja. Sekelompok massa berpakaian hitam-hitam meminta tolong kepada tibo dan lari masuk ke lingkungan gereja.

Mendengar teriakan minta tolong yang menyebut namanya, tibo keluar ke halaman gereja dan massa berikat kepala putih dalam jumlah besar datang bersama beberapa polisi. Awalnya mereka mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun massa pada saat itu mulai anarkis. Melihat keadaan seperti itu tibo menyuruh para suster dan guru agar masuk ke dalam asrama.

Suster Pauline yang bertemu dengan dominggus yang sedang berjaga di belakang biara disarankan agar mereka pergi melarikan diri lewat belakang kompleks menuju gunung. Sedangkan di luar, tibo ingin dibawa ke kantor polisi menolak untuk ikut pergi. Namun massa mulai merusak gereja. Polisi yang tidak berhasil membawa tibo akhirnya meninggalkan tibo sendiri di tengah kerumunan massa yang semakin beringas.
Tibo segera lari menyelamatkan diri menerobos massa berlari ke belakang asrama menuju gunung yang terletak di belakang komplek gereja. Tibo berjumpa kembali dengan penghuni komplek gereja di puncak gunung. Dari puncak gunung itu, mereka dapat melihat awan mengepul di area gereja yang telah habis dibakar massa. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke beteleme dengan berjalan kaki.

Akhirnya mereka tiba di desa tumbaru dan meminta bantuan kepada warga desa. Setelah makan malam tibo dan rombongan berangkat ke desa kuku dengan menumpang truk dan dominggus dibonceng dengan sepeda motor. Mereka singgah di desa kuku dan mengantar anak-anak yang berasal dari desa tersebut kemudian mereka berangkat ke Tentena.

Ketika sampai di tentena, ia bertemu dengan kelompok merah dan saat itu ia di ancam akan dibunuh bila tidak mau bergabung dengan pasukan merah. Tibo mengakatakan bahwa baiklah mereka akan tetap berada di sini, tetapi anak-anak dan rombongan harus pulang ke moroles. Tibo hanya berpesen kepada rombongan yang tersisa agar singgah di rumahnya di beteleme untuk makan dan berdoa bersama baru pulang menuju rumah masing-masing.

Setelah mereka setuju untuk bergabung dengan kelompok merah, tibo dipisahkan dari dominggus dan marinus. Mereka diwajibkan untuk mengikuti semua perintah yang ditujukan kepadanya.

Pada suatu hari tibo didatangi anggota polisi beserta anak buahnya. Anggota polres itu membawa perintah langsung dari kapolres poso. Isinya tentang evauasi anak-anak dan perempuan di kompleks pesantren wali songo. Berarti akan ada serangan dari musuh. Tapi tidak jelas musuhnya siapa, karena kelompok merah justru datang untuk mengevakuasi. Anehnya, mengapa kelompok merah yang di perintahkan polisi untuk mengevakuasi kaum wanita dan anak-anak..??

to be continue..



0 comments:

Post a Comment